Kamis, 08 November 2018

SEJARAH GEREJA DI JEPANG


SEJARAH GEREJA ASIA 
“SEJARAH GEREJA DI JEPANG”
Dosen Pengampu : Dr. F.D. Wellem/Dr. Antonius Missa

Disusun Oleh :
Gresye Karunia Rumodar


PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
      Jepang adalah sebuah negara yang dikenal bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai negara maju. Hal ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar. Negara Jepang yang dikenal dengan sebuatn negara Matahari Terbit. Negara Jepang sendiri berasal dari beberapa negara yang bersinggah dan melakukan jual beli. Banyak pihak yang beranggapan bahwa masyarakat awam cenderung berasal dari suku Ainu. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa penduduk asli Jepang adalah berasal dari daratan Asia yang tingal dan menamakan dirinya sebagai Kikajin dan juga menyebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari Asia Tenggara seperti Tibet, Taiwan, dan kepulauan Pasipik Barat daya dan juga menyebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari pusat daratan Asia seperti Moga, Seberia, Turki. Dalam perputaran zaman selanjutnya, Jepang mengalami perubahan kebudayaan. Perubahan yang paling besar adalah terjadinya Restorasi Meiji. Pada saaat itu Jepang dipaksa membuka diri untuk negara luar.

B.     Rumusan Masalah
·      Bagaimana Kebudayaan Jepang?
·      Apa saja Ciri-ciri Kekristenan Jepan?
·      Bagaimana Sejarah Misi gereja Katolik di Jepang?
·      Bagaimana Sejarah Misi gereja Protestan di Jepang?
·      Siapa saja Teolog-teolog yang ada di Jepang?
·      Apa saja hambatan yang dihadapi para penginjil Kristen di Jepang?
·      Apa saja Penyebab Gereja tidak bertumbuh di Jepang?

C.    Tujuan Penulisan
·      Untuk mengetahui Bagaimana Kebudayaan Jepang.
·      Untuk mengetahui Apa saja Ciri-ciri Kekristenan Jepang.
·      Untuk memahami Bagaimana Sejarah Misi gereja Katolik di Jepang.
·      Untuk memahami Bagaimana Sejarah Misi gereja Protestan di Jepang.
·      Untuk mengetahui Siapa saja Teolog-teolog yang ada di Jepang.
·      Untuk mengetahui Apa saja hambatan yang dihadapi para penginjil Kristen di Jepang.
·      Untuk mengetahui Apa saja Penyebab Gereja tidak bertumbuh di Jepang.
·      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu.

 


SEJARAH GEREJA JEPANG


1.      Kebudayaan
      Jepang yang Dinamis, yaitu sebuah rantai kepulauan yang kecil yang sekarang berpenduduk lebih dari 100 juta orang, sebuah negara dengan sumber daya mineral yang hanya sedikit dan dengan hanya 16% dari tanahnya bisa ditanami, nyaris mustahil untuk dijelaskan dengan norma-norma yang biasa. Mantan duta besar Amerika Serikat, Edwin Reschauer, menunjukan bahwa keterpencilan Jepang secara geografis telah merupakan factor menentukan yang paling penting sepanjang sejarahnya.
      Keterpencilan ini telah melindungi Jepang dari tekanan militer dan tekanan lainnya dari luar. Keterpencilan itu telah melindungi berbagai perbedaan yang dimiliki Jepang dari kecenderungan-kecenderungan dan pola-pola kebudayaan yang umum dalam peradaban Asia Timur. Negara itu telah membiarkan peradabannya berkembang di bawah kekuatan-kekuatan evolusioner dalam negerinya sendiri. Karena hanya dua kali yaitu selama periode dinasti T’ang di Cina (tahun 618-906) dan selama 100 tahun yang silam dalam pengaruh Barat, Jepang banyak mengambil dari luar bagi kebudayaan dan ekonominya sendiri.
      Walaupun orang Jepang mempunyai bakat memilih yang hebat dan mereka sendiri sangat inovatif, bukan hanya peniru-peniru, keterampilan mereka telah secara luar biasa membantu memelihara kebudayaan, yang hasilnya adalah bahwa kebudayaan lama terpelihara bersama-sama dengan kebudayaan yang baru. Akan tetapi, terdapat tingkat selektivitas yang tinggi dalam proses sejarah, dan dari kebudayaan asing hanya unsur-unsur yang kelihatan baik untuk Jepanglah yang diterima. Dengan demikian, walaupun bangsa Jepang menyebut agama Budha Mahayana dan juga kebuayaan Cina pada abad VII dan abad VIII, pemerintahan parlementer yang diperkenalkan dari Barat dalam periode Meiji (1868-1912) diterima tanpa menyertakan berbagai pokok pikiran Kristen yang mendasarinya.
      Keterpencilan secara geografis mungkin juga menyebabkan fakta bahwa bangsa Jepang merupakan suatu ras dan kebudayaan yang sangat homogen, dengan menggambarkan perpaduan kuno antara bermacam-macam unsur yang sekarang tidak mudah untuk diidentifikasi. Meskipun demikian, secara umum sekarang disepakati bahwa mereka sebagian besar adalah suku Mongoloid, dengan hubungan kekeluargaan yang cukup dekat dengan orang Cina dan Korea.

2.      Ciri-ciri Kekristenan Jepang
      Dibanding dengan Kekristenan di beberapa negera Asia yang lain, Kekristenan di Jepang memiliki beberapa karakteristik tertentu:
a.       Kebanyakan orang Kristen Jepang bermukim di wilayah perkotaan, bukan di daerah pedesaan.
b.      Meskipun secara kuantitas Gereja Jepang berukuran sangat kecil, tetapi pengaruh mereka cukup terasa dalam kehidupan masyarakat Jepang.
c.       Gereja-gereja protestan sejak masa awal berdirinya sudah mandiri dan lepas dari kebergantungan kepada Gereja di negara-negara barat.
d.      Mereka memiliki banyak pendeta pribumi yang terpelajar, yang membuat para ahli berkesimpulan bahwa rata-rata terdapat lebih banyak pendeta Kristen di Jepang daripada di seluruh negera lain.
e.       Sepanjang 400 tahun Gereja Jepang menghadapi satu tatangan besar, yaitu tentang bagaimana  menyingkapi kebijakan pemerintah, misalnya tentang bagaimana warga menyingkapi tuntutan kesetiaan mutlak kepada negara.[1]


3.      Sejarah Misi gereja Katolik di Jepang
·         Sejarah
      Agama resmi Jepang Shinto.  Abad ke-4 Agama Budha masuk Jepang dan dipeluk oleh para bangsawan. Agama Kristen mempunyai perjalanaan sejarah yang cukup panjang, berliku dan penuh intrik dalam perkembanganya di Jepang. Agama ini dipercaya pertama kali diperkenalkan di Jepang oleh misionaris Katolik dari Spanyol yang bernama Fracisco Xaverius yang tiba di kota Nagasaki, Kyushu tahun 1550. Beberapa tempat di Jepang kadang menuliskan nama misionaris Spanyol tersebut dengan nama St. Francis Xavier atau Franciscus Xaverius dan dengan tahun kedatangan yang sedikit berbeda (1549).
      Menurut catatan sejarah yang ada, bangsa Eropa yang pertama berhubungan dagang dengan Jepang adalah orang Portugis yang mendarat di pulau Kyusu pada tahun 1542, jadi ada kemungkinan juga kalau saat itu agama Kristen juga sudah mulai masuk disebarkan ke negara tersebut.
·         Kapan Injil masuk/dibawa/diberitakan disitu
Upaya penginjilan pertama yang berhasil ialah upaya agama Katolik Roma pada separuh terakhir abad XVI dan separuh pertama abad XVII sekitar tahun 1549.
·         Siapa yang membawa Injil masuk
      Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris katolik dari Spanyol yang berasal dari ordo Yesuit Dia adalah seorang yang memperkenalkan agama Kristen di Jepang. Pada tahun 1549.[2] Fransiskus Xaverius (1506-1552) seorang rahib dari Ordo Jesuit, adalah perintis Gereja Katolik di Jepang. Beliau membawa Injil ke kawasan Asia, antara lain ke India, kepulauan Maluku, Jepang, dan hampir tiba di Tiongkok namun keburu ia meninggal sebelum mencapainya. Xaverius perannya sebagai misionaris multi-etnis yang mendatangi pelbagai suku, etnis, budaya, bahasa dan bangsa.
Pada tahun 1549 Fransiscus Xaverius tiba di Jepang bersama Yayiro. Yayiro adalah seorang Jepang yang melarikan diri ke Malaka karena dituduh telah melakukan pembunuhan. Pada tahun 1550 Fransiscus dan Yayiro tiba di kota Nagasaki, Kyusu. Di situ ia melakukan penyesuaian diri dengan kebudayaan setempat sebisa-bisanya. Dia menerjemahkan istilah-istilah Jepang untuk konsep-konsepn kristen, misalnya kata Dainichi (matahari besar Budha) diterjemahkan untuk nama Allah, kata jodo (tanah suci Budhisme Jepang) diterjemahkan untuk sorga.
Di Jepang Xaverius bertekad mendekati Daimyo yang dianggap strategis untuk melakukan pekabaran Injil. Salah seorang Daimyo yang terbesar yang dikunjunginya bernama Ouchi Yoshika dari Yamaguchi. Ia datang dengan memakai pakaian sutra dan membawa kenang-kenangan yang menarik. Ia diberi izin berkhotbah dan menjawab pertanyaan tentang Astronomi, Geografi dan Kekristenan. Hasilnya dalam waktu 2 bulan dia membaptis 200 orang di Yamaguchi. Selain itu Xaverius juga melayani di pulau Honshu dan mengunjungi ibukota Kyoko, di sana ia melayani selama 15 bulan dan membaptis 900 orang Jepang dan dengan demikian berdirilah Gereja Katolik Roma di Jepang.
Xaverius dan misi ordo Yesuit mengalami keberhasilan sehingga pada tahun 1580 sudah ada 200.000 orang jemaat, dan sudah ada usaha untuk mendidik Klerus Jepang, Namun terjadi perubahan politik di Jepang sejak awal tahun 80-an di abad ke-16 wakil kaisar yang memerintah atas Jepang yaitu Toyotomi Hideyoshi. Ia pada awalnya mendukung orang Kristen namun tiba-tiba ia mulai curiga dan menganggap orang Kristen sebagai kaki tangan orang Portugal, sehingga menentang pengaruh agama Kristen. Pada tahun 1587 ia mengeluarkan surat keputusan yang isinya mengusir semua misionaris. Akan tetapi surat keputusan itu tidak diberlakukan secara langsung karena para Daimyo banyak masuk Kristen dan mendukung misi Kekristenan di Jepang. Sehingga pada tahun 1588 didirikan  Keuskupan Katolik Roma di jepang di Funai.

·         Hambatan
Pada tahun 1593 ordo Fransiskan memulai pelayanan misinya di Jepang dan hal ini menyebabkan persaingan 2 ordo yaitu ordo Yesuit yang berasal dari Portugal dengan ordo Fransiskan yang berasal dari Spanyol yang memiliki misi yang berbeda. Akhirnya di kedua ordo itu terjadi perselisihan yang hebat, di mana ordo Fransiskan menginginkan pekabaran Injil disesuaikan dengan kesederhanaan Yesus dan para rasul sedangkan ordo Yesuit melakukan pekabaran Injil itu kepada orang-orang terpandang dan terkemuka, karena menurut mereka orang-orang terpandang itu akan mempengaruhi masyarakat Jepang untuk masuk Kristen. Pada masa perselisihan di antara kedua ordo maka pada tahun 1597 surat keputusan dari Hideyoshi di berlakukan sehingga terjadi penganiayaan terhadap orang Kristen di mana 20 dari 26 orang Kristen Jepang mati syahid di kota Nagasaki. 

·         Peluang Injil diterima
Walaupun terjadi pengahambatan, namun Kekristenan masih berkembang di mana pada tahun 1600 orang Kristen di Jepang mencapai 750.000 orang dari penduduk Jepang, dan pada tahun 1601 Pastur Jepang yang pertama di tahbiskan.

·         Strategi pemberitaan Injil
      Strategi pemberitaan Injil dilakukan oleh Fransiskus Xaverius beliau belajar bahasa Jepang dan kepribadian masyarakatnya. Tatkala tiba di Jepang Xaverius sedikit menguasai bahasa Jepang. Xaverius mulai melayani orang-orang Jepang dan kelompok pertama yang dibaptis adalah keluarga Anjiro. Namun dalam pelayanannya kaum Jesuit menghadapi banyak kesulitan, yang terutama adalah menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Jepang.
      Pada tahun 1552, Xaverius meninggalkan Jepang untuk mencari bantuan pendanaan dan merekrut lebih banyak misionaris. Selain itu Xaverius juga tergerak untuk menjangkau Tiongkok. Xaverius mewariskan strategi pelayanan orang-orang Jepang kepada utusan-utusan misi berikutnya. Dengan metodenya :
1. Dengan menyadari peranan sistem sosial, politik, dan budaya, Xaverius berpendapat bahwa para misionaris harus terlebih dahulu memenangkan para pemimpin.
2. Xaverius sangat terpesona dengan peradaban tinggi masyarakat Jepang. Dengan tujuan pendekatan beliau bersedia menggunakan beberapa unsur filsafat Jepang untuk menjembatani pengajaran agama Katolik.
Salah satunya juga upaya para misionaris dalam memberitakan Injil adalah dengan membangun rumah sakit,  dan sekolah-sekolah.

4.      Sejarah Misi gereja Protestan di Jepang.
·         Sejarah
      Pada pertengahan abad ke-19 kebijakan Jepang menjauhkan diri dari negara-negara lain mulai diubah. Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika dipimpin Commodore Matthew Perry, tiba di teluk Tokyo pada tahun 1853, memohon pembukaan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun 1857 dan 1858 perjanjian-perjanjian disusun dan ditandatangani, yang memeberi izin kepada orang Amerika untuk berdagang ke Jepang. Persetujuan-persetujuan perdagangan tersebut dipergunakan oleh lembaga misi untuk mengutus para tenaga Injil ke Jepang. Sejak tahun 1858 pekabaran Injil Amerika diutus ke Jepang gereja Episkopal, gereja Presbiterian, gereja-gereja Baptis dan gereja Kongresional.
·         Kapan Injil masuk/dibawa/diberitakan disitu
      Pada tahun 1869 Anglikan di Inggris mulai mengutus para penginjil. Pada mulanya hasilnya sedikit tetapi pada tahun 1866 Guido Verbeck, utusan gereja baptis Refomeda membaptis orang percaya yang pertama. Pada tahun 1871 baru sepuluh orang yang di baptis oleh pekabar Injil Protestan. Pada awalnya para pekabar Injil berdiam di kota pelabuhan. Mereka belajar bahasa Jepang, berusaha menerjemahkan Alkitab serta bergaul dengan masyarakat setempat.

·         Siapa yang membawa Injil masuk
Pada tahun 1859 pertama kali protestan masuk di Jepang, ada beberapa pengabar Injil yakni:
1.      Dr. James C. Hepburn (1815-1911) setelah melayani di Singapura dan di Amoy. Dia tinggal di kota Kanagawa, kemudian pindah ke Yokohama. James adalah seorang dokter dan penerjemah Kitab Suci.
2.      Guido F. Verbek (1830-1898) adalah seorang pengajar Bahasa Inggris di Nagasaki, yang dimana semua murid yang diajarnya berasal dari golongan samurai, setelah mereka di ajar Verbek mereka mendapatkan jabatan tinggi dalam rezim. Murid-muridnya seringkali mendatangi Verbek untuk meminta nasehat dan bimbingan dalam usaha menyusun hukum-hukum, sehingga atas bimbingannya terhadap murid-muridnya Verbek sangat mempengaruhi perkembangan politik Jepang.
3.      Neesima (1843-1900) berasal dari keluarga samurai yang belajar teologi dari Amerika, Neesima adalah pendiri beberapa jemaat di Jepang selain itu ia juga mendirikan sekolah Doshisha di kyoto, akhirnya sekolah Doshisha menjadi Universitas bahkan menjadi Universitas tertua di Jepang. Banyak murid dari kota Komamoto yang bersekolah di Universitas Doshisha yang menjadi pendeta.
4.      Dr. W.s. Clark  salah satu ketua sekolah Tinggi Pertama di Sapporo, ia berhasil mentobatkan 15 orang muridnya dan salah satu muridnya yang terkenal ialah Uchumura Kanzo.
5.      Uchumura Kanzo (1861-1930)  adalah salah satu murid terkenal dari sekolah Pertanian Sapporo, kemudian dia melanjutkan studinya di Amerika dan kembali ke Jepang pada tahun 1888, kemudian diangkat menjadi Dosen Akademik pemerintah di Tokyo. Pada masa itu muncullah Nasionalisme Jepang pada masa Kaisar Mezi dan Taisho. Kaisar harus disembah sebagai anak dewa mata hari, namun Kenzo menentang penyembahan ini terhadap kaisar sebagai dewa matahari. Karena dia menentang penyembahan ini terhadap kaisar maka Kenzo dipecat. Setelah ia di pecat ia menerbitkan dua majalah yaitu Penelitian Alkitabiah dan Intelegensia Kristen Jepang.   

·         Peluang Injil diterima
      Pada tahun 1872 diadakan kebaktian khusus di Yokohama berkaitan dengan pekan doa sedunia, diatur oleh persekutuan Evangelikal sedunia. Beberapa mahasiswa Jepang mengikuti kebaktian tersebut. Mereka begitu semangat sehingga pertemuan diperpanjang dan sembilan orang pemuda dibaptis. Setelah pertemuan-pertemuan tersebut didirikanlah gereja pertama kali di Jepang. Gereja tersebut diberi nama Nihon Kirisuto Kokai (Gereja Kristen Jepang).

·         Strategi pemberitaan Injil
      Strategi pemberitaan Injil yang dipakai oleh para misionaris adalah dengan cara mendirikan sekolah-sekolah, dan mendirikan rumah sakit.  

5.      Teolog-teolog yang ada di Jepang
a.      Neesima (1843-1900).
Dari keluarga samurai. Diam-diam ia membaca buku Kristen. Setelah itu dia lari ke  Amerika  thn 1864. Belajar teologi pada beberapa tempat. Tahun 1864 kembali ke Jepang  Mendirikan beberapa jemaat dan mendirikan Sekolah Doshisha di Kyoto. Menjadi Univesitas Doshisha dengan Fakultas Teologi. Menghasilkan banyak pendeta. Universitas tertua di Jepang. Ia memasukan tradisi samurai dalam kekristenan seperti kewajiban penghormatan kepada orangtua dan penguasa.

b.      Uchimura Kanzo (1861-1930)
Uchimura berasal dari paguyuban Sapporo yang beralih menjadi agama Kristen sebagai hasil pelayanan Dr.W.S Clark. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Dia mencukupi kebutuhan sehari-harinya melalui menulis artikel untuk majalah-majalah umum, akhirnya dia terkenal sebagai wartawan. Dia menerbitkan dua majalah Kristen yaitu Seisho no Kenkyu (penelitian akitabiah), Japan Christian Intelligencer.
Dalam ajaran Uchimura berusaha menciptakan Kekristenan asli Jepang yaitu menekanan kehidupan yang sesuai dengan kehidupan para misionaris di Jepang.

c.       Toyohiko Kagawa (1888-1960)
Kagawa menerima pendidikan di sekolah misi di kota. Dia tinggal di rumah pendeta Presbiterian yang bernama Dr.Harry Myers. Dia tinggal di rumah pendeta tersebut karena di keluarganya dia tidak merasakan cinta kasih.
Kagawa mendasarkan hidupnya dengan khotbah Yesus di bukit. Ia merasa yakin akan panggilan Tuhan untuk melayani orang miskin. Di Tokyo ketika ia meneruskan studinya ia mengalami penyakit paru-paru sehingga ia dipaksa keluar. Akhirnya ia tinggal di desa di tepi di laut sambil melayani para nelayan.
Pada tahun 1909 Kagawa kuliah di Presbiterian di Kobe. Ia tinggal di daerah kumuh Singkawa. Beberapa buku yang dikarangnya antara lain: Penelitian Mengenai Psikologi kemiskinan dan menyeberang garis batasan maut. Kagawa terkenal sebagai pemikir sosial dan sebagai pekabar Injil. Pada tahun 1960 dia wafat dan dianugrahkan tanda penghargaan tertinggi oleh kaisar Jepang karena perannya yang begitu penting di dalam masyarakat Jepang

d.      Kitamori Kazoh: 1916-Lutheran.
Dosen pada Union Theological Seminary di Tokyo. Ia dipengaruhi oleh beberapa pengalaman: ia menderita tbc, teologi luther tentang penderitaan, peristiwa Hirosima dan Nagasaki mendorong ia menulis tentang Teologi Penderitaan Allah (Theology of the Pain of God, 1946). Penderitaan merupakan hakikat Allah. Pada salib Allah menderita, membiarkan Yesus menderita berarti Allah menderita, Allah hadir dalam penderitaan manusia. Orang Kristen dipanggil untuk ikut dalan pendeitaan Allah.

e.       Takenaka Masao
Dosen pada Univ. Doshisha. Ia menyerukan supaya orang Kristen turut serta dalam menanggulangi akibat industri. Ia mendirikan Persekutuan Penginjilan Buruh Kansai.

f.        Kosuke Koyama.
Ia dikenal dengan Teologi Kerbau. Kerbau menderita untuk memberikan kehidupan kepada manusia.

g.      Yagi Seiichi
Dosen filsafat pada Univ. Yokohama. Ia giat dalan dialog antar agama di Jepang. Ia mengembangkan persatuan antara konsep-konpsep dari berbagai agama. Pandangannya banyak ditolak di Jepang tetapi laku di luar negeri. Pada abad ke-20 kekristenan Jepang berkembang dengan pesat karena dampak PD II. 

6.       Hambatan Yang dihadapi para Penginjil Kristen di Jepang
Ada beberapa hambatan yang dihadapi para penginjil Kristen di Jepang yaitu:
1)      Tingginya nasionalis di Jepang yang tidak terlepas dari pengaruh religius agama Shinto. Agama Shinto adalah pencampuran praktik-praktik keagamaan berdasarkan kepercayaan Å“kami  yaitu: kuasa roh atau dewa dewi yang berdiam di alam seperti gunung, pohon dan sungai. Kaisar mempunyai peranan dalam agama Shinto. Kaisar diakui sebagai keturunan matahari, upacara tahunan menyembah dewi Amaterasu di kuil Ise sebagai puncak ibadah Shinto dan kaisar itu ilahi bangsa Jepang. Dan inilah pergumulan besar bagi orang Kristen.
2)      Sebagian besar penduduk Jepang beragama Kristen tetapi tampaknya menyerupai sekte agama Budha yang baru yang mana terdapat kesamaan dalam ritual, penyembahan patung-patung, prosesi-prosesi bahkan ajaran-ajaran. Dan kaum ordo Yesuit berpakaian seperti biksu zen.
3)      Ajaran Kristen dianggap melemahkan atau membahayakan posisi para shogun atau pemerintah yang lebih memerintah dan lebih mementingkan dan menuntut pengabdian serta kesetiaan tanpa syarat dari rakyatnya.
4)      Pemberontakan Shimabara di provinsi Nagasaki (1637-1638) yang di lakukan oleh rakyat yang mayoritas Kristen, seakan-akan membenarkan pendapat itu seperti yang membuat penyebaran agama baru dan ini selalu dikengkang dan di curigai.
5)      Di Jepang belum ada kebebasan beragama sehingga berlaku ancaman hukum mati terhadap setiap orang yang akan berpindah ke agama Kristen yang dikeluarkan pada abad ke-17 dan agama Jepang mempertahankan kebudayaan seperti memuja kaisar sebagai dewa.

7.      Penyebab Gereja tidak bertumbuh di Jepang
Ada beberapa Faktor yang membuat Gereja tidak bertumbuh sebagaimana seharusnya:

1.      Materialisme
Jaminan kebebasan beragama ternyata tidak membuat orang-orang Jepang tertarik terhadap Kekristenan. Mayoritas penduduk terpukau pada daya tarik materialisme dan hedonisme.

2.      Bangkitnya agama asli dan aliran-aliran baru.
Pasca peran dunia II, Shintoisme yang sempat kehilangan pamor, ternyata mampu populer kembali di antara masyarakat Jepang (momen kebangkitan itu terjadi pada peristiwa pelantikan Kaisar Akhito). Selain itu terjadi pembaharuan di dalam aliran Buddha (Nichiren Shoshu), seiring kemunculan aliran modern (Soka Gakai) yang berhasil memiliki 30 juta pengikut dalam waktu 15 tahun.

3.      Tantangan-tantangan yang lain
Gereja Jepang menghadapi tantangan dari ajaran-ajaran yang tidak Alkitabiah, serta tantangan dari aliran-aliran bidat (Mormon dan lain-lain). Umat Kristen adalah minoritas yang terbilang kecil, manakala energy mereka telah terkuras untuk bekerja sehingga mengurangi tingkat partisipasi mereka dalam pelbagai kegiatan Gereja. Kaum pria mereka sangat dituntut untuk mampu memajukan perusahaan mereka. Mereka sangat membutuhkan pembaruan dan revival sejati, yang menyentuh kekosongan batin terdalam.

4.      Kuasa Iblis
Beberapa pokok terdahulu cukup menjelaskan mengapa gereja Jepang begitu lemah. Namun, seluruh penjelasan itu memang tidak pernah memuaskan. Mengapa agama asli dan materialisne begitu kuat mencengkram bangsa Jepang? Rasul Paulus pernah menulis “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan … penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:12).
Meskipun argumentasi tersebut mungkin dianggap tidak “ilmiah” oleh beberapa sarjana, karena mereka semata-mata hanya mengacu pada hubungan sebab-akibat yang dapat teramati dengan panca indra. Namun menurut Dr. Jonathan E. Culver, ia menyakini bahwa dibalik hambatan-hambatan pewartaan Injil di Jepang tejadi perlawanan dari kuasa-kuasa kegelapan milik iblis. Paulus sudah menguraikan bahwa “ilah zaman ini” telah membutakan mata batin manusia Jepang sehingga mereka tidak dapat melihat “cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus” (2 Kor. 4:4).[3] 


KESIMPULAN

Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kepercayaan agama suku yang sangat kental. Kekristenan di Jepang pertama kali dibawa oleh Katolik Roma kemudian disusul oleh Kristen Protestan. Di Jepang Katolik Roma tidak berkembang karena berbagai faktor yang menghambatnya. Namun Kristen Protestanlah yang berkembang melalui golongan militer Samurai yang tertarik pada konsep pemuridan dan pengabdian. Dan sampai saat ini agama Kristen di Jepang dapat hidup dengan damai tanpa konflik apapun.
Negara Jepang sendiri berasal dari beberapa negara yang bersingah dan melakukan jual beli. Pada abad ke-19 perjanjian-perjanjian perdagangan membuka jalan bagi pekabaran Injil di Jepang. Orang Jepang ingin memperoleh teknologi dan pengetahuan Barat, sehingga semakin terbuka terhadap agama Kristen, bahkan pemerintah mengangkat orang Kristen sebagai pengajar diperguruan negeri. Dengan datangnya pastor-pastor Katolik Roma, umat Kristen tersembunyi yang merupakan keturunan jemaat-jemaat yang pertama di Injili 300 sebelumnya, berani manampakkan diri. Meskipun dianiaya, gereja Katolik Roma berkembang. Nikolai, pendeta konsul Rusia, membangun gereja Ortodoks Rusia di Jepang.
Gereja-gereja Protestan berhasil diantara golongan militer, yaitu Samorai, yang tertarik pada konsep pemuridan dan pengabdian. Orang-orang Skristen Samurai mengadakan pertemuan ditempat salah seorang guru Kristen, di perguruan tinggi Kristen atau di perguruan tinggi pemerintah. Kebangunan rohani pada masa 1880-an membuat gereja berkembang cepat. Beberapa tokoh Kristen Jepang muncul sebagai pemimpin , yang mewujudkan kekristenan gaya Jepang. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Pengabdian Kagawa melayani orang miskin menggerakkan hati nurani masyarakat Jepang. Meskipun perkembangan gereja di Jepang cukup menggembirakan, namun kehidupan umat Kristen tidak lepas dair pergumulan. Nasionalisme Jepang yang semakin kuat berkaitan dengan upacara agama Syinto menyebabkan orang Kristen menjadi bingung mancari jalan menyatakan kesetiaannya kepada tanah air Jepang, tanpa membahayakan iman Kristen sejati.






[1] Culver, Dr. Jonathan E. SEJARAH GEREJA ASIA. BIJI SESAWI, hal. 239-240
[2] Hoke, Donald E. SEJARAH GEREJA ASIA. Gandum Mas, hal. 392
[3] Culver, Dr. Jonathan E. SEJARAH GEREJA ASIA. BIJI SESAWI, hal. 251-252